Senin, 30 Oktober 2017

pantun bahasa bugis (sulawesi selatan )

Engka kallolo manre buku.....
Luppe-luppe yase'na otoe....
Rekko meloki missengi kareba'ku,....
ta'kutanangi pasekku ri anging labu kessoe

Artinya :
Ada Pemuda makan tulang..
lompat lompat diatas nya mobil..
kalo ingin tahu kabarku..
tanya saja pada angin sore hari..

Ana'dara melli golla,
na sirruntu kallolo magaretta.. 
Narekko melo ki massu bola.. 
Tapesabbi kesi tomatoatta.

Artinya : Anak gadis membeli gula..
                bertemu dengan Pemuda gagah..
                jikalau kita ingin keluar rumah..
                permisi dulu sama orang tua.. 

Kallolo lao jambang, 
na i leppo saping.. 
Ko topurana sijajiang, 
wedding ni to sisio ciccing

Artinya :  ada Pemuda pergi buang air
                di tabrak oleh sapi,,
                Kalo lah sudah kita jadian
                boleh lah kita  mengikat janji

Ana'dara mattapa sanggara jemmu.. 
Nasaba natoddo'i paku.. 
Aja' matanre dui menre'mu.. 
De'amma mu laku.

Artinya : Anak gadis bermuka masam
               di karenakan tertusuk paku...
               jangan lah tinggi uang mahar mu..
               bisa jadi kamu tidak laku

sininna yasenggE carita, 
engkatu paccapurenna.
sininna gellona nita mata, 
namuto awo nasetto candrinnna

Artinya  : Semua yang namanya cerita...
                Pasti ada penghabisan nya
                semua yang baik di pandang mata...
                Biarpun bambu dikira juga pacarnya.

de'gaga anging de'gaga guttu, 
polemoi bosi mannenne maraja.. 
saleini sipa' mangnganga namakuttu 
papolei gau' kessing namakanja'

Artinya :  Tiada hujan tiada guntur
                datang juga hujan deras..
                 Tinggal kan sifat pemalas..
                  pasti dapat kerjaan yang bagus dan baik

Jokka-jokka lao ma'deros, 
na sirruntu' kallolo magaretta.
ko melo ki mammodus, 
pakanjaki metto ni tappata'

Artinya :  jalan jalan pergi potong padi
                bertemu dengan pemuda yang gagah
                kalo kamu cuma bisa nya ber modus
                bagusin memang sdh mukamu

ambo tang lao ma'dongi 
mita aju nakenna lette, 
narekko engka tau ma'pakacai"
amba' sisenni namate

artinya :  Ambo Tang  mencari burung pipit
                         melihat kayu diatas jembatan
                         Jika ada orang yang bikin jengkel
                         hajar aja sampae mati


Aga kareba sappo kali ini saya akan memposting beberapa pantun...tpi dengan bahasa daerah khususnya daerah sulawesi selatan...disimak aja ya sappozEnk.







Sabtu, 28 Oktober 2017

BPD (badan Permusyawaratan Desa ) Desa Sepatin

Musyawarah Desa ( MUSDES ) Sebagai Forum Demokrasi Masyarakat Desa

Sepatin...


Musyawarah Desa (Musdes) sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa. Pengertian “strategis” adalah meliputi penataan Desa, perencanaan Desa, kerjasama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan aset Desa, dan kejadian luar biasa yang terjadi di Desa tersebut.

“Musyawarah Desa dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun, yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Hasil Musyawarah Desa harus menjadi pegangan bagi Lembaga di Desa dalam melaksanakan tugas-tugasnya”.

Lebih lanjut disampaikan oleh Yulianti bahwa dalam pelaksanaan Musyawarah Desa, masing-masing tingkatan Pemerintah Daerah memiliki peran dan tanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Peran Pemerintah Provinsi secara umum adalah memfasilitasi adanya kebijakan tentang Musyawarah Desa sehingga terjamin kualitas pelaksanaan Musyawarah Desa. Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki peran menyangkut regulasi sekaligus implementasi kebijakan, termasuk fasilitasi hal strategis yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan Pemda. Sementara peran kecamatan adalah memberikan sosialisasi dan pendampingan dalam pelaksanaan Musyawarah Desa.

 “Adapun tindak lanjut hasil Musyawarah Desa berupa hasil kesepakatan yang dituangkan dalam Keputusan Hasil Musyawarah yang akan dijadikan dasar bagi BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa”.

Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 6 Tahun 2014, unsur forum Musyawarah Desa adalah BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat desa. Sementara unsur masyarakat, seperti dijelaskan oleh Yuliati, di antaranya adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok perempuan, kelompok masyarakat miskindan kelompok-kelompok masyarakat lainnya yang ada di desa tersebut.

Semangat UU Desa terkait dengan musyawarah desa adalah terbukanya peluang bagi masyarakat desa untuk menyampaikan aspirasi, pandangan dan kepentingan berkaitan hal-hal yang bersifat strategis, yang dilakukan secara partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel. Dengan demikian maka diharapkan akan mendorong gerakan swadaya gotong royong dalam penyusunan kebijakan publik, sekaligus melaksanakan nilai-nilai permusyawaratan, permufakatan, proses kekeluargaan, dan kegotongroyongan dalam pengambilan keputusan.

“Secara keseluruhan dalam proses Musyawarah Desa ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, dimulai dari bagaimana cara mendapatkan informasi secara lengkap dan benar dari peserta, bagaimana memberi perlakuan yang sama dan adil kepada peserta musyawarah desa, bagaimana menciptakan kondisi di mana peserta bisa menerima pengayoman dan perlindungan dari gangguan, ancaman dan tekanan selama berlangsungnya musyawarah desa, dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara mengawasi kegiatan dan tindak lanjut hasil keputusan musyawarah desa tersebut”.